Ghacor Kakekpro Permai99 QQOnline303 Pusatslot Kayatogel Rajaslotter

5 Fakta Pemanis Buatan Yang Ternyata Baik Untuk Kesehatan

5 Fakta Pemanis Buatan Yang Ternyata Baik Untuk Kesehatan

Meskipun rasanya manis dan disukai oleh banyak orang, pemanis buatan ternyata mengandung beberapa fakta yang kurang dikenal oleh masyarakat. Di balik kenikmatan rasa manis yang menggoda, terdapat dampak dan risiko kesehatan yang perlu diperhatikan.

Di Indonesia, makanan dan minuman manis hampir menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya kuliner, dan cenderung disukai oleh hampir semua orang. Namun, penting untuk menyadari bahwa meskipun manisnya nikmat, efek samping dari konsumsi berlebihan bisa menjadi permasalahan serius.

Pemanis buatan sering digunakan sebagai tambahan perasa dalam berbagai produk makanan dan minuman. Meskipun disebut sebagai “pemanis buatan,” mereka bukan tanpa konsekuensi. Konsumsi berlebihan pemanis buatan telah dikaitkan dengan potensi pemicu diabetes dan berbagai masalah kesehatan lainnya yang terkait dengan asupan gula. Sisi lain dari cerita pemanis buatan yang kurang dikenal oleh publik, yang perlu diungkapkan agar masyarakat lebih sadar akan dampak dan fakta-fakta yang terkait.

Berikut Ini 5 Fakta Pemanis Buatan Menurut Netmarshall:

Apa Arti Pemanis Buatan?

Sebagian besar pemanis buatan lebih tepat disebut sebagai pemanis non-nutrisi, karena kebanyakan dari mereka mengandung kalori namun tidak memberikan nutrisi apapun. Ini berarti, meskipun produk pemanis buatan memberikan rasa manis, mereka tidak memberikan manfaat kesehatan dari segi gizi.

Contoh pemanis buatan non-nutrisi termasuk acesulfame potassium (Ace-K), sucralose, saccharin, steviol glycosides, dan monk fruit. Bahkan pemanis seperti stevia dan monk fruit, yang awalnya berasal dari sumber alami, harus melalui proses pengolahan yang cukup intensif sebelum dapat digunakan sebagai pemanis. Namun, perlu dicatat bahwa ada pemanis buatan seperti aspartam yang mengandung nutrisi tertentu. Aspartam, meskipun digunakan dalam jumlah sedikit, memiliki tingkat kemanisan yang jauh lebih tinggi dibandingkan gula, yaitu sekitar 200 kali lipat dari gula.

Memicu Penyakit Jantung

Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) telah mengungkapkan tingkat toksisitas pemanis buatan melalui berbagai penelitian yang melibatkan manusia dan hewan. Penelitian-penelitian tersebut mengungkapkan bahwa konsumsi pemanis buatan dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit, termasuk diabetes tipe 2, sindrom metabolik, kanker, dan penyakit jantung.

Salah satu studi yang diterbitkan pada tahun 2019 mengungkapkan bahwa wanita yang mengonsumsi sekitar 680 gram pemanis buatan menghadapi peningkatan risiko penyakit jantung sebanyak 35%. Selain itu, ada peningkatan risiko stroke sebesar 26% dan risiko kematian dini sebesar 19%. Studi ini melibatkan pengamatan pola konsumsi tanpa menyesuaikan pola makan dan kebiasaan selama pengamatan, meskipun perlu diingat bahwa hasil ini masih memerlukan penelitian lebih lanjut untuk validasi. Namun, efek samping dari konsumsi pemanis buatan telah menjadi perhatian utama bagi para ahli kesehatan.

Pemanis Buatan Terburuk

Pemanis buatan digunakan secara luas dalam berbagai produk makanan dan minuman, dan setiap jenisnya memiliki tingkat kekemanisan yang berbeda serta komposisi kimiawi yang spesifik, tergantung pada jenis pemanis yang digunakan.

Penelitian yang dilakukan oleh NutriNet-Sante melibatkan lebih dari 103.000 partisipan, baik pria maupun wanita, yang mengonsumsi pemanis buatan secara rutin. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa kebiasaan minum minuman ringan dan bersoda, terutama yang mengandung pemanis buatan, memiliki dampak yang sangat buruk bagi kesehatan. Konsumsi dua kaleng soda biasa atau diet soda dikaitkan dengan peningkatan risiko terkena kanker dan penyakit kardiovaskular. Beberapa pemanis buatan seperti aspartam dan acesulfame potassium (Ace-K) yang digunakan dalam minuman ini, disebut sebagai penyebab utama terjadinya kanker dan stroke. Temuan ini menunjukkan perlunya kewaspadaan terhadap dampak kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh konsumsi berlebihan pemanis buatan tertentu.

Tidak Menurunkan Berat Badan

Pemanis buatan sering digunakan dalam berbagai produk makanan dan minuman yang dianggap aman untuk dikonsumsi oleh mereka yang sedang menjalani diet, terutama karena sebagian besar pemanis buatan memiliki tingkat kalori yang sangat rendah atau bahkan mendekati nol.

Namun, fakta yang mengejutkan adalah bahwa pemanis buatan sebenarnya tidak berdampak positif pada penurunan berat badan. Pada tahun 2019, sebuah penelitian yang menggabungkan hasil dari lima studi berbeda menunjukkan bahwa konsumsi pemanis buatan justru berkaitan dengan kecenderungan obesitas dan peningkatan berat badan yang signifikan pada partisipan. Hasil ini kemudian diperkuat oleh penelitian terbaru pada tahun 2020, yang menyarankan bahwa meminimalisir konsumsi pemanis buatan mungkin lebih bermanfaat untuk mencapai tujuan penurunan berat badan. Dengan demikian, harapan bahwa pemanis buatan akan membantu dalam penurunan berat badan perlu ditinjau ulang dan diperhitungkan lebih cermat oleh mereka yang menjalani diet.

Aturan Konsumsi Pemanis Buatan

Meskipun pemanis buatan memiliki potensi efek samping yang serius yang dapat mengganggu kesehatan, itu tidak berarti makanan dan minuman yang mengandung pemanis buatan harus sepenuhnya dihindari. Beberapa produk yang mengandung pemanis buatan mungkin dapat dikonsumsi dengan aman dalam jumlah yang terbatas, misalnya hanya 2 atau 3 kali dalam sebulan. Mengatur konsumsi pemanis buatan dengan bijak dapat membantu mengurangi risiko efek samping yang merugikan.

Sebagaimana diungkapkan oleh Hannah Gardener, seorang asisten profesor dari University of Miami Miller School of Medicine, “Saya pribadi berpikir bahwa jika saya seorang penggemar diet soda, saya akan mulai mengurangi konsumsinya. Cukup dengan beberapa kaleng dalam sebulan.” Sebagai alternatif untuk mendapatkan rasa manis, dapat diupayakan dengan memilih makanan seperti sayur-sayuran dan kacang-kacangan, serta membatasi konsumsi alkohol. Ini adalah cara untuk menjaga kesehatan dan menghindari risiko yang terkait dengan pemanis buatan tanpa harus sepenuhnya menghilangkan makanan manis dari pola makan.